top of page

Lymphoma Awareness: Bersama Tingkatkan Kesadaran dan Kepedulian

  • Gambar penulis: klabdigitalmarketi
    klabdigitalmarketi
  • 15 Sep
  • 4 menit membaca
ree

Kanker masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia karena dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia maupun gaya hidup. Kondisi ini muncul ketika sel-sel tubuh kehilangan kendali dalam proses pembelahan dan akhirnya merusak jaringan normal. Di antara berbagai jenis kanker, limfoma menempati posisi penting untuk diwaspadai. Penyakit ini berawal dari sel-sel sistem limfatik yang berfungsi menjaga pertahanan tubuh, sehingga gangguan yang ditimbulkannya dapat berdampak luas pada kesehatan secara menyeluruh.

Kasus Limfoma di Indonesia

Di Indonesia, menurut data WHO tahun 2020, limfoma maligna menempati urutan ke-7 sebagai jenis kanker terbanyak, dengan estimasi 16.125 kasus baru. Angka ini meningkat lebih dari 1.000 kasus dibandingkan tahun 2013. Dari total kasus tersebut, diperkirakan 9.024 kematian terjadi setiap tahun, sehingga secara mortalitas limfoma menempati peringkat ke-9 di Indonesia.

Limfoma adalah

Salah satu jenis kanker yang dapat ditemukan pada berbagai kelompok usia, mulai dari remaja hingga lansia. Penyakit ini menyerang sistem limfatik, yaitu bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan infeksi dan penyakit. Limfoma terjadi ketika sel-sel sehat dalam sistem limfatik mengalami perubahan dan berkembang secara tidak terkendali. Sistem limfatik sendiri terdiri atas kelenjar getah bening yang tersebar di seluruh tubuh, terutama di leher, ketiak, dada, perut, panggul, dan selangkangan. Selain itu, organ lain seperti limpa, timus, amandel, dan sumsum tulang juga termasuk dalam sistem limfatik, sehingga limfoma dapat memengaruhi berbagai area tubuh dan menimbulkan gangguan luas terhadap fungsi kekebalan.

Jenis kanker limfoma

1.      Limfoma Hodgkin (LH)

Semua kasus Limfoma Hodgkin berasal dari sel B limfosit dan ditandai dengan hadirnya sel Reed-Sternberg, yang memiliki penanda khas CD15 atau CD30. Penyakit ini paling sering terjadi pada usia 15–24 tahun dan biasanya bermula di kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau dada, lalu menyebar secara berurutan dari satu kelenjar ke kelenjar lainnya. Pola penyebaran ini membuatnya relatif lebih mudah dilacak dan diobati, sehingga Limfoma Hodgkin dianggap sebagai salah satu jenis kanker yang paling dapat disembuhkan bila terdeteksi dini.

2.      Limfoma Non-Hodgkin (LNH)

LNH dapat berasal dari sel B, sel T, maupun sel NK, dan memiliki lebih dari 75 subtipe berbeda, termasuk Leukemia Limfositik Kronis (LLK) yang mirip dengan Limfoma Limfositik Kecil. Penyakit ini lebih sering muncul pada usia di atas 60 tahun dan cenderung menyebar lebih cepat serta tidak berurutan, misalnya ke hati, otak, atau sumsum tulang. Karena sifat penyebarannya, LNH sering baru terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga pengobatannya bisa lebih kompleks.

Tanda dan Gejala Limfoma

Beberapa gejala yang dapat muncul pada penderita limfoma antara lain:

  • Demam tanpa sebab yang jelas

  • Pembengkakan kelenjar getah bening (misalnya di leher, ketiak, atau lipat paha)

  • Perut membesar atau terasa penuh

  • Keringat berlebihan, terutama pada malam hari

  • Kelelahan yang berkepanjangan

  • Hilang nafsu makan

  • Mudah memar atau mengalami perdarahan

  • Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas

  • Infeksi yang berulang atau sulit sembuh

  • Batuk, nyeri dada, atau sesak napas

  • Ruam kulit atau rasa gatal tanpa penyebab jelas

 

 

Penyebab dan Faktor Risiko Limfoma

Limfoma terjadi ketika sel darah putih (limfosit) bermutasi menjadi sel kanker yang tumbuh cepat dan tidak mati seperti seharusnya. Sebagian besar mutasi genetik ini muncul secara spontan tanpa sebab yang jelas.

Namun, beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko terkena limfoma, antara lain:

  • Infeksi virus tertentu, seperti HIV, Epstein-Barr (penyebab mononukleosis), atau virus penyebab sarkoma Kaposi

  • Riwayat keluarga dengan limfoma

  • Sistem kekebalan yang lemah, misalnya setelah transplantasi organ dengan penggunaan obat imunosupresan

  • Penyakit autoimun, ketika sistem imun menyerang tubuh sendiri

Bagaimana Limfoma Didiagnosis?

Diagnosis limfoma biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik untuk mencari gejala, lalu dilanjutkan dengan biopsi jaringan kelenjar getah bening yang diperiksa oleh ahli patologi. Jika hasil awal menunjukkan kemungkinan limfoma, dokter dapat melakukan tes darah dan pencitraan untuk memastikan diagnosis dan menentukan rencana perawatan.

Tes darah yang mungkin dilakukan:

  • Hitung darah lengkap (CBC) dengan diferensial → menilai jenis dan jumlah sel darah

  • Laju endap darah (LED) → mendeteksi peradangan

  • Laktat dehidrogenase (LDH) → menunjukkan aktivitas pertumbuhan atau kematian sel yang tinggi

  • Tes fungsi hati dan ginjal → mengevaluasi kondisi organ

  • Elektroforesis protein serum (SPEP) → mengevaluasi protein abnormal (protein M) yang bisa terkait kanker darah

Tes pencitraan yang sering digunakan:

  • CT scan → mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening, limpa, atau organ lain

  • PET scan (sering dikombinasikan dengan CT) → melihat aktivitas kanker

  • MRI → kadang digunakan sebagai tambahan

Untuk limfoma non-Hodgkin, dokter juga dapat melakukan tes khusus untuk mengidentifikasi gen, protein, atau penanda lain yang khas dari tipe limfoma tersebut.

Apa Pengobatan untuk Limfoma?

Pilihan pengobatan bergantung pada jenis dan tingkat keparahan limfoma.Pada limfoma yang tumbuh lambat, dokter kadang menyarankan pengawasan aktif (watchful waiting), yaitu memantau kondisi pasien secara rutin tanpa langsung memulai terapi.

Pengobatan yang umum digunakan antara lain:

·       Kemoterapi : pemberian obat sitotoksik yang bekerja menghambat pertumbuhan dan membunuh sel kanker.

·       Terapi radiasi : penggunaan sinar berenergi tinggi untuk merusak DNA sel kanker sehingga menghentikan perkembangannya.

·       Terapi target : pengobatan yang secara selektif menyerang molekul atau jalur tertentu yang penting bagi pertumbuhan sel kanker.

·       Imunoterapi : terapi yang memodulasi sistem imun agar mampu mengenali dan menghancurkan sel kanker.

·       Terapi sel CAR-T : teknik rekayasa genetik pada sel T pasien sehingga dapat secara spesifik menyerang sel limfoma.

·       Transplantasi sel punca (sumsum tulang) : prosedur mengganti sel punca yang rusak dengan sel punca sehat untuk memulihkan fungsi sumsum tulang setelah terapi intensif.

 

Hidup dengan limfoma memang bukan hal yang mudah, namun dengan perencanaan yang tepat, mulai dari menjaga pola makan, berolahraga, mengelola stres, hingga mencari dukungan, Anda tetap dapat mempertahankan kualitas hidup yang baik. Hari Kanker Limfoma menjadi pengingat penting bahwa kesadaran, deteksi dini, serta dukungan dari lingkungan dapat membuat perjalanan ini lebih ringan dan penuh harapan.

 

 

 

 

Sumber :

1.      International Agency for Research on Cancer. (2020). GLOBOCAN 2020: Cancer Today. Lyon, France: World Health Organization.

2.      Mayo Clinic – Lymphoma

3.      Cleveland Clinic - Lymphoma


 
 
 

Komentar


© 2025 K-Lab. All rights reserved.

bottom of page