Work-Life Balance: Kunci Menjaga Kesehatan Mental
- klabdigitalmarketi
- 4 Nov
- 3 menit membaca

Pernahkah merasa pekerjaan seolah menyita seluruh waktumu? Pulang larut, tetap membuka laptop di rumah, bahkan masih dihantui deadline di akhir pekan. Fenomena ini bukan hal yang jarang terjadi, apalagi di era globalisasi seperti sekarang. Menurut WHO, stres kerja bahkan menjadi salah satu faktor utama penyebab masalah kesehatan mental di seluruh dunia. Di Indonesia, budaya lembur dan selalu “online” membuat banyak pekerja kehilangan keseimbangan hidupnya. Padahal, tanpa pikiran yang tenang dan tubuh yang sehat, prestasi kerja pun tidak akan maksimal. Inilah alasan mengapa work-life balance menjadi kunci penting untuk menjaga kesehatan mental.
Apa Itu Work-Life Balance?
Work-life balance adalah kondisi ketika seseorang mampu menjaga keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi. Banyak orang keliru menganggap work-life balance berarti pembagian waktu 50:50 antara keduanya. Padahal, keseimbangan ini bersifat relatif dan berbeda pada setiap individu. Yang terpenting adalah menemukan kombinasi yang sesuai sehingga Anda merasa terpenuhi baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi.
Keseimbangan ini juga dapat berubah seiring fase kehidupan. Ada kalanya pekerjaan menjadi prioritas utama, sementara di waktu lain, keluarga, teman, atau hobi lebih diutamakan. Kuncinya adalah bijak dalam mengalokasikan energi serta mampu memprioritaskan hal yang paling penting di setiap fase hidup Anda.
Apa yang Terjadi Jika Work-Life Balance Terabaikan?
1. Konflik dalam hubungan
Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa mengganggu relasi sosial maupun keluarga. Kurangnya waktu dan perhatian sering memicu masalah, termasuk dalam hubungan asmara, di mana pasangan tentu membutuhkan kehadiran dan perhatianmu. Kalau terus abai, jangan heran bila konflik dan pertengkaran jadi lebih sering muncul.
2. Menurunnya performa kerja
Tanpa work-life balance, produktivitas bisa menurun. Lembur berlebihan dan membawa pekerjaan ke rumah hanya akan memicu burnout. Bahkan untuk kebutuhan dasar seperti istirahat atau makan pun bisa sering terabaikan.
Selain itu, beban kerja yang tinggi dan apresiasi yang minim dapat membuat karyawan tidak betah, sehingga angka turnover perusahaan ikut meningkat.
3. Terganggunya kesehatan fisik
Tubuh yang lelah sulit bekerja dengan optimal. Kurangnya keseimbangan hidup dapat menurunkan daya tahan tubuh, memicu penyakit dari yang ringan seperti maag karena telat makan, hingga masalah kesehatan serius. Jika terus diabaikan, kondisi ini bisa berakibat fatal. Menjaga pola makan, tidur cukup, dan mengelola stres adalah kunci agar tubuh tetap sehat.
4. Kelelahan mental
Beban kerja berlebih sering membuat kurang tidur, menimbulkan kegelisahan, hingga overthinking. Lama-kelamaan hal ini menguras energi mental. Untuk menjaganya, penting memberi ruang pada diri sendiri misalnya dengan melakukan hobi, traveling, atau sekadar berkumpul bersama teman agar semangat kembali pulih dan stres tidak menumpuk.
5. Hilangnya kepuasan
Ketika energi habis hanya untuk pekerjaan, rasa puas terhadap apa yang dicapai bisa hilang. Semua terasa sekadar rutinitas tanpa makna, bahkan membuatmu kewalahan. Akibatnya, apresiasi terhadap diri sendiri pun berkurang. Padahal, menghargai usaha yang sudah dilakukan penting agar tetap termotivasi dan tidak terjebak dalam lingkaran kejenuhan.
Tips Mewujudkan Work-Life Balance agar Terhindar dari Burnout
1. Susun jadwal dengan baik
Buat jadwal kerja dan jadwal pribadi secara teratur, lalu usahakan untuk berkomitmen mengikutinya. Dengan begitu, fokusmu tetap terarah pada hal-hal yang sudah direncanakan.
2. Berani berkata “Tidak”
Belajarlah menolak pekerjaan di luar jadwal atau jam kerja. Sampaikan alasan dengan sopan, bahwa pekerjaan bisa dilanjutkan di jam kerja berikutnya. Ini penting agar waktu istirahatmu tidak terganggu.
3. Pisahkan profesional dan personal
Bedakan aktivitas pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Saat jam kerja, fokuslah pada tugas kantor. Namun di luar jam kerja, berikan waktumu untuk keluarga, teman, atau diri sendiri.
4. Hindari pikiran tentang pekerjaan di luar jam kerja
Usahakan tidak terus memikirkan pekerjaan ketika sedang beristirahat. Membawa urusan kantor ke luar jam kerja hanya akan mempercepat burnout.
Di momentum Hari Kesehatan Mental Sedunia ini, mari kita lebih peduli pada diri sendiri dengan mulai mengatur prioritas, memberi ruang untuk istirahat, dan menempatkan batas yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dengan begitu, kita bisa bekerja lebih produktif sekaligus menikmati hidup dengan lebih tenang dan bermakna.
Source :
1. Bbc.com - Apa artinya 'work-life balance' bagi pekerja modern?
2. Idntimes.com - 5 Dampak Negatif Mengabaikan Work Life Balance, Rentan Resign!
3. PPSDM - Work Life Balance Sebagai Kebutuhan




Komentar