top of page

Peran sFlt-1/PlGF Ratio dalam Deteksi Preeklampsia

  • Gambar penulis: klabdigitalmarketi
    klabdigitalmarketi
  • 9 Jul
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 28 Jul

Peran sFlt-1/PlGF Ratio dalam Deteksi Preeklampsia

Preeklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang penting untuk dikenali sejak dini. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah setelah usia kehamilan 20 minggu dan dapat disertai peningkatan kadar protein dalam urin yang mengindikasikan kerusakan ginjal (proteinuria). Jika tidak ditangani, preeklampsia dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih berat dan membahayakan ibu maupun janin.


Deteksi dini menjadi kunci dalam penanganan preeklampsia. Selain pemantauan tekanan darah dan pemeriksaan urin, salah satu metode yang kini digunakan dalam praktik klinis adalah pemeriksaan sFlt-1/PlGF ratio. Pemeriksaan ini membantu menilai keseimbangan faktor pertumbuhan pembuluh darah yang berkaitan dengan kesehatan plasenta, dan berperan dalam memprediksi atau menyingkirkan risiko preeklampsia, terutama pada kasus yang belum jelas secara klinis.


Kasus Preeklampsia di Indonesia

Preeklampsia terjadi pada sekitar 5–7% kehamilan dan menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu dan janin di dunia, dengan lebih dari 70.000 kematian ibu dan 500.000 kematian janin setiap tahun. Di Indonesia, angka kematian ibu meningkat dari 176 per 100.000 kelahiran hidup pada 2021 menjadi 189 pada 2023 (SDKI). Insiden preeklampsia tercatat sebesar 5,3% pada 2022 dan 4,7% pada 2023, serta menyumbang 26,9% dari seluruh kematian ibu pada tahun 2023.


Peran sFlt-1/PlGF Ratio dalam Deteksi Preeklampsia

Gejala Preeklampsia

Ciri khas preeklampsia adalah tekanan darah tinggi, protein dalam urin (proteinuria), dan/atau tanda-tanda kerusakan organ, terutama ginjal dan hati. Pada beberapa kasus, preeklampsia dapat berkembang tanpa gejala yang jelas, sehingga sering kali baru terdeteksi saat pemeriksaan kehamilan rutin.


Selain tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia dapat meliputi:

  1. Proteinuria atau tanda-tanda gangguan fungsi ginjal lainnya

  2. Trombositopenia (penurunan jumlah trombosit darah)

  3. Peningkatan enzim hati, yang menunjukkan gangguan fungsi hati

  4. Sakit kepala berat yang tidak membaik dengan obat biasa

  5. Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur, kilatan cahaya, atau kehilangan penglihatan sementara

  6. Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)

  7. Sesak napas, akibat penumpukan cairan di paru-paru

  8. Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk kanan

  9. Mual atau muntah yang tidak berkaitan dengan mual hamil biasa


Sementara pembengkakan (edema) dan kenaikan berat badan merupakan hal yang umum selama kehamilan, pembengkakan yang muncul secara tiba-tiba, terutama pada wajah dan tangan, atau kenaikan berat badan mendadak, dapat menjadi tanda peringatan preeklampsia dan perlu segera dikonsultasikan ke tenaga medis.


Siapa saja yang berisiko terkena Preeklamsia?

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko preeklampsia antara lain:

  1. Kehamilan pertama

  2. Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

  3. Menderita hipertensi kronis dan/atau penyakit ginjal kronis

  4. Riwayat trombofilia, yaitu kondisi yang meningkatkan kecenderungan pembekuan darah

  5. Kehamilan hasil fertilisasi in vitro (IVF)

  6. Riwayat keluarga dengan preeklampsia

  7. Menderita diabetes tipe 1 atau tipe 2

  8. Indeks massa tubuh (IMT) ≄ 35 kg/m²

  9. Usia ibu ≤ 20 tahun atau ≄ 40 tahun

  10. Jarak kehamilan yang terlalu lama sejak kehamilan terakhir


Peran sFlt-1/PlGF Ratio dalam Deteksi Preeklampsia

Peran Pemeriksaan sFlt-1/PlGF Ratio dalam Deteksi Preeklampsia

Meskipun penyebab pasti preeklampsia (PE) masih belum sepenuhnya dipahami, salah satu teori utama menyebutkan bahwa kondisi ini dipicu oleh gangguan pada plasenta. Ketidakseimbangan protein yang dihasilkan oleh plasenta dapat menyebabkan disfungsi endotel, yaitu kerusakan pada lapisan pembuluh darah ibu, yang memicu tekanan darah tinggi dan komplikasi lainnya.


Dua protein utama yang berperan dalam proses ini adalah:

  • sFlt-1 (soluble fms-like tyrosine kinase-1) : bersifat antiangiogenik (menghambat pembentukan pembuluh darah)

  • PlGF (placental growth factor) : bersifat proangiogenik (mendorong pembentukan pembuluh darah)


Apa yang terjadi pada tubuh saat Preeklampsia?

Pada kehamilan normal, plasenta memproduksi protein yang membantu menjaga keseimbangan pembentukan pembuluh darah, agar aliran darah ke janin tetap optimal. Pada preeklampsia, produksi sFlt-1 meningkat secara tidak normal, sehingga menghambat fungsi PlGF. Ketidakseimbangan ini menyebabkan gangguan pada pembuluh darah plasenta dan dinding pembuluh darah ibu, yang kemudian menimbulkan gejala seperti tekanan darah tinggi, protein dalam urin, gangguan fungsi ginjal, hati, atau organ lainnya.


Perubahan ini terjadi sebelum gejala muncul secara klinis. Oleh karena itu, pemeriksaan sFlt-1/PlGF RatioĀ dapat memberikan gambaran dini mengenai gangguan fungsi plasenta dan membantu memprediksi risiko berkembangnya preeklampsia berat dalam waktu dekat.


Kapan Pemeriksaan sFlt-1/PlGF Rasio Perlu Dilakukan?

Pemeriksaan rasio sFlt-1/PlGF direkomendasikan pada ibu hamil yang dicurigai mengalami preeklampsia, terutama jika memenuhi salah satu atau lebih kondisi berikut:

  • Usia kehamilan antara 20 hingga 34 minggu, dan ada kecurigaan preeklampsia

  • Proteinuria, yaitu:

    • Hasil tes dipstick urin menunjukkan ≄ 1+, atau

    • Pemeriksaan urin 24 jam menunjukkan kadar protein ≄ 300 mg/L

  • Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)

  • Kelainan fungsi hati, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium

  • Riwayat preeklampsia sebelumnya atau memiliki riwayat keluarga dengan preeklampsia

  • Riwayat hipertensi kronis

  • Penyakit ginjal

  • Diabetes mellitus

  • Kehamilan kembar atau gangguan pergerakan janin (berkurangnya gerakan janin)


Pemeriksaan rasio sFlt-1/PlGF merupakan alat penunjang yang bermanfaat dalam menilai risiko preeklampsia, terutama pada pasien dengan manifestasi klinis yang belum spesifik. Meskipun tidak menggantikan pemeriksaan klinis dan laboratorium lainnya, pemeriksaan ini dapat memberikan informasi tambahan yang membantu tenaga medis dalam menentukan kebutuhan pemantauan lanjutan atau rujukan. Integrasi pemeriksaan ini ke dalam layanan antenatal diharapkan dapat meningkatkan ketepatan deteksi serta mempercepat penatalaksanaan preeklampsia secara lebih terarah.

Ā 

Sumber :
  • Mayo Clinic – Preeclampsia
  • Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. 2023
  • Mayo Clinic - Preeclampsia sFlt-1/PIGF (Soluble fms-Like Tyrosine Kinase 1/ Placental Growth Factor) Ratio
  • SCL Guide book, 2025

Komentar


© 2025 K-Lab. All rights reserved.

bottom of page