Sirosis Hati: Memahami Penyebab, Patofisiologis, dan Pendekatan Penanganan
- klabdigitalmarketi
- 1 Agu
- 5 menit membaca
Diperbarui: 7 hari yang lalu

Sirosis hati merupakan kondisi kronis progresif yang ditandai oleh kerusakan hati jangka panjang, pembentukan jaringan parut (fibrosis), dan distorsi struktur normal hati. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi hati secara bertahap, dan berisiko menimbulkan komplikasi serius yang mengancam jiwa, seperti gagal hati, perdarahan varises esophagus, dan karsinoma hepatoseluler (HCC). Sirosis hati menjadi penyebabab utama morbiditas dan mortalitas akibat penyakit hati kronis diseluruh dunia.
Ā
Etiologi
Sirosis hati dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bersifat inflamasi, toksisk, metabolik, maupun autoimun. Beberapa penyabba utama meliputi:
a.Ā Alcoholic Fatty Liver Disease (ALFD)
Tahap awal dari penyakit hati akibat konsumsi alkohol berlebihan, ditandai dengan penumpukan lemak di dalam sel-sel hati (hepatosit). Meskipun sering tidak menimbulkan gejala yang jelas, ALFD merupakan kondisi yang penting karena dapat berkembang menjadi bentuk penyakit hati yang lebih serius seperti hepatitis alkoholik, fibrosis, hingga sirosis bila konsumsi alkohol terus dilanjutkan.
b.Ā Non-Alcohol Fatty Liver Disease (NAFLD)
Kondisi penumpukan lemak di hati yang terjadi pada individu yang tidak atau hanya sedikit mengonsumsi alkohol. NAFLD menjadi salah satu penyakit hati kronis paling umum di dunia, terutama berkaitan erat dengan sindrom metabolik seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan dislipidemia. Pada tahap awal, NAFLD biasanya tidak menunjukkan gejala, namun bila tidak ditangani, dapat berkembang menjadi Non-Alcoholic Steatohepatitis (NASH), fibrosis hati, bahkan sirosis.
c.Ā Non-Alcoholic Steatohepatitis (NASH)
Bentuk lanjutan dari Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang ditandai tidak hanya oleh penumpukan lemak di hati, tetapi juga adanya peradangan dan kerusakan sel hati (hepatosit). NASH memiliki potensi untuk berkembang menjadi fibrosis, sirosis, bahkan kanker hati (hepatoseluler karsinoma).
d.Ā Infeksi Virus Hepatitis B dan C Kronis
Hepatitis B dan C kronisĀ adalah infeksi menahun pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) atau C (HCV), berlangsung lebih dari enam bulan. Keduanya sering tanpa gejala awal namun dapat berkembang menjadi sirosis, gagal hati, atau kanker hati.
Ā
Patogenesis dan Patofisiologis Sirosis
Sirosis hati adalah tahap akhir dari berbagai jenis kerusakan hati kronis, seperti akibat hepatitis virus, konsumsi alkohol jangka panjang, atau penumpukan lemak di hati (NAFLD/NASH). Proses utama yang menyebabkan sirosis dimulai ketika hati mengalami kerusakan terus-menerus, sehingga tubuh mencoba memperbaikinya. Namun, upaya perbaikan ini tidak sempurna dan justru membentuk jaringan parut (fibrosis)Ā yang menggantikan jaringan hati sehat.
Lama-kelamaan, fibrosis ini menyebar dan menyebabkan perubahan struktur hati, termasuk saluran-saluran kecil tempat darah mengalir (sinusoid). Normalnya, darah dari saluran pencernaan mengalir melalui hati untuk diproses. Tapi pada sirosis, aliran ini terhambat karena jaringan parut membuat pembuluh darah menjadi kaku dan menyempit. Akibatnya, tekanan darah di sistem vena portal meningkat, kondisi ini disebut hipertensi portal.
Tekanan ini menyebabkan darah mencari jalan pintas, misalnya lewat pembuluh-pembuluh darah di lambung dan kerongkongan, yang menjadi bengkak dan rapuh (varises). Jika varises ini pecah, dapat menyebabkan perdarahan serius. Selain itu, tekanan tinggi juga menyebabkan penumpukan cairan di perut (asites)Ā dan membuat limpa membesar.
Di sisi lain, karena aliran darah tidak lancar dan jaringan hati banyak yang rusak, fungsi hati untuk menyaring racun, menghasilkan protein (seperti albumin dan faktor pembekuan darah), serta membantu metabolisme terganggu. Inilah yang menyebabkan gejala-gejala seperti mudah memar, bengkak, kulit dan mata menguning (ikterus), hingga ensefalopati hepatikĀ (kebingungan karena penumpukan racun di otak, seperti amonia). Perubahan ini juga berdampak sistemik. Tubuh mencoba beradaptasi, misalnya dengan menahan garam dan air (karena persepsi aliran darah menurun), menyebabkan pembengkakan (edema). Jantung pun bekerja lebih keras, dan pembuluh darah di organ lain melebar, terutama di saluran pencernaan.
Komplikasi Sirosis
Efek hilir dari sirosis dan hipertensi portal meliputi:
Keracunan umum, merasa sakit, lelah dan bingung
Kekebalan tubuh, penyembuhan dan pemulihan menurun
Kebocoran cairan dari pembuluh darah vena, menyebabkan pembengkakan dalam tubuh Anda
Ketidakseimbangan dan kekurangan hormon
Kesulitan pencernaan, malabsorbsi dan malnutrisi
Gangguan kognitif ringan dan disfungsi motorik
Komplikasi sirosis dan hipertensi portal yang mengancam jiwa dapat meliputi:
Varises gastrointestinal dan pendarahan gastrointestinal
Peritonitis bakterial spontan
Gagal ginjal (sindrom hepatorenal)
Gagal pernapasan (sindrom hepatopulmoner)
Gagal hati kronis
Kanker hati (HCC)

Diagnosis Sirosis
Ā Penegakan diagnosis sirosis melibatkan kombinasi pemeriskaan klinis, laboratorium, pencitraam dan biopsi bila diperlukan. Tujuannya adalah untuk menilai kerusakan hati, mencari penyebab sirosis, dan menentukan tingkat keparahan penyakit.
1.Ā Pemeriksaan Darah (laboratorium)
Pemeriksaan darah digunakan untuk mengevaluasi fungsi hati dan mencari tanda-tanda kerusakan atau komolikasi sisosis. Berikut beberapa parameter penting meliputi:
Enzim Hati (SGOT/SGPT). Biasanya meningkat pada awal kerusakan hati, dan justru normal atau rendah pada sirosis lanjut karena sel hati yang rusak tidak mampu lagi menghasilkan enzim.
Albumin dan Total Protein. Cenderung rendah karena hati tidak mampu memperoduksinya secara cukup.
Bilirubin. Kadarnya meningkat, yang menandakan adanya gangguan ekskresi empedu yang menyebabkan penyakit kuning (ikterus)
Hitung Darah Lengkap. Biasanya menunjukkan penurunan trombosit (trombositopenia), anemia dan leukopenia, terutama jika terdapat pembesaran limpa (hipersplenisme).
Waktu Pembekuan Darah (PT INR). Hasilnya biasanya memanjang karena hati gagal memproduksi factor pembekuan
Mac-2 Banding Protein Glycosilation Isomer (M2BPGi). Pemeriksaan non-invasif untuk mengukur tingkat fibrosis, kadar M2BPGi meningkat secara signifikan seiring dengan progresivitas fibrosis hati, termaasuk sirosis.
Ā
2.Ā Pemeriksaan Pencitraan (Imaging)
Pencitraan dilakukan untuk melihat struktur hati, mendeteksi fibrosis, serta komplikasi seperti asites atau varises. Metode yang umum digunakan seperti:
Ultrasonografi (USG Abdomen). Biasanya digunakan sebagai pemeriksaan awal, yang dapat menunjukkan perubahan bentuk hati, permukaan yang kasar, pembesaran limpa dan terdapat cairan asites.
Elastografi (FibroScan). Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengukur kekakuan hati yang mencerminkan derajat fibrosis. Banyak digunakan untuk menilai sirosis tanpa harus melakukan biopsi.
CT Scan atau MRI. Digunakan untuk menilai struktur hati secara lebih detail dan memantau komplikasi seperti kanker hati (HCC) atau thrombosis vena portal.
Ā
3.Ā Biopsi Hati
Biopsi hati merupakan gold standard untuk menilai tingkat kerusakan dan fibrosis secara langsung. Dalam prosedur ini, sampel kecil jaringan hati diambil dengan jarum lalu diperiksa dibawah mikroskop. Karena pemeriksaan ini bersifat invasive, sehingga memiliki risiko perdarahan dan tidak selalu diperlukan.
Ā
Penatalaksanaan
Terapi sirosis bertujuan untuk mengehntikan progresivitas penyakit, mengelola komplikasi dan mempertimbngkan transplantasi hati pada kasus lanjut.
Modifikasi gaya hidup: Berhenti konsumsi alcohol, diet seimbang rendah garam
Terapi spesifik, seperti:
Antiviral (untuk hepatitis B/C)
Kortikosteroid atau imunomodulator (untuk hepatitis autoimun)
Pemantauan berkala: Melalui pemeriksaan darah atau USG setiap 6 bulan untuk deteksi dini HCC
Transplantasi hati: Pilihan terbaik pada pasien dengan sirosis dekompensata atau gagal hati terminal
Sirosis hati adalah kondisi kerusakan hati kronis yang ditandai oleh pembentukan jaringan parut akibat berbagai penyebab seperti hepatitis kronis, konsumsi alkohol berlebih, dan penyakit hati berlemak. Kondisi ini sering berkembang tanpa gejala dan baru terdeteksi saat sudah parah. Meski tidak dapat disembuhkan, sirosis bisa dikendalikan melalui deteksi dini, pengobatan sesuai penyebab, serta perubahan gaya hidup. K-LAB Medical Center menyediakan pemeriksaan M2BPGi yang dapat membantu menilai tingkat kerusakan hati secara non-invasif. Deteksi dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan menjaga kualitas hidup penderita. Jangan lupa untuk selalu cek kesehatan secara rutin dan konsultasikan dengan Dokter Anda.
Ā
Sumber Informasi
NCBI ā Cirrhosis ā 2009
NCBI ā Hepatic Cirrhosis ā 2022
NCBI ā Nonalcoholic Fatty Liver ā 2023
NCBI ā Diagnosis and Management of Cirrhosis ā 2024
Cleveland Clinic ā Cirrhosis of the Liver - 2023
Comments